Artikel Saya | Guru Go Blog: Salah Satu Upaya Pendidikan Karakter Siswa Abad 21
Artikel ini saya buat untuk mengikuti lomba karya tulis ilmiah yang diadakan oleh Adaro. Tahun lalu saya juga membuat Opini: Guru Abad 21, Transformasi Menghadapi Tantangan Zaman untuk keperluan serupa yang sebagai reward-nya berkesempatan menjadi delegasi dalam Konferensi Guru Nasional di Jakarta. Tahun lalu saya beruntung, namun tahun ini, karya tulis saya ini, tak masuk 'hitungan'. Apa boleh buat, saya gagal mengulang kesempatan itu. Mungkin sudah rezekinya kawan-kawan yang lain. Artikel ini saya buat sesuai tema yang diminta: Pendidikan Karakter Siswa Abad 21. Menurut pemahaman saya, tema ini memiliki dua bagian: 1) Pendidikan karakter yang bagaimana? 2). Siswa abad 21 yang dekat dengan IT (internet), bukan siswa abad jadul. Sehingga bertolak dari hal itu, saya membuat artikel ini (Sayang, artikel saya terlalu menukik ke Siswa Abad 21-nya daripada pendidikan karakternya):
*Guru Go Blog: Salah Satu Upaya Pendidikan Karakter Siswa Abad 21
**Oleh: Yadi Karnadi
ABSTRAK
Keberhasilan pembelajaran juga tergantung pada alat bantu (media) yang digunakan. Alat bantu adalah benda yang dapat mewakili suatu gagasan. Alat bantu (media) ini lebih kongkret dan nyata karena dapat dilihat, diraba, atau bahkan didengar. Nah, internet adalah media yang sangat dekat dalam diri siswa abad ini. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi abad 21 (internet) dewasa ini sangat berpengaruh besar dalam sendi-sendi kehidupan para siswa. Walau memiliki pengaruh positif, kemajuan teknologi itu juga memiliki pengaruh negatif. Siswa abad 21 bisa saja terjerumus ke hal-hal negatif karena dunia internet memberi mereka ruang tanpa batas untuk membaca, melihat, dan melakukan apa saja. Kemajuan teknologi tak dapat dibendung namun kemampuan memanfaatkannya untuk hal yang positif, dalam hal ini memperluas wawasan ilmu pengetahuan, adalah sebuah keniscayaan. Dunia abad 21 memang dunia yang nyata bagi siswa saat ini sehingga jangan sampai membunuh karakter siswa ataupun mengubah karakter yang baik menjadi karakter yang tidak baik. Dari sinilah guru, sekolah, dinas pendidikan, orangtua, masyarakat, dan pemerintah harus berupaya agar sekolah tidak kehilangan rohnya sebagai sebuah lembaga pendidikan. Guru go blog merupakan solusi alternatif untuk menjembatani dunia sekolah dengan dunia maya (internet). Penting bagi guru memiliki sebuah ‘papan tulis’ di dunia maya sebagai sarana pembelajaran tanpa batas ruang dan waktu. Sebuah blog bagi guru bukan sekadar ‘papan’ untuk menempel informasi sebagai ekspresi diri ataupun penyalur hobi menulis namun lebih dari itu merupakan sarana proses pembelajaran yang terus-menerus. Melalui blog, siswa atau kelas yang diampu bisa terus mempelajari materi pelajaran sesuai kemauannya, kapanpun, dan di manapun. Dengan begitu, siswa akan merasa bahwa belajar adalah hal yang dekat dengan dunianya dan dunia sekolah bukan lagi sebuah penjara baginya. Siswa juga diberi kepercayaan bahwa dalam kebebasan mengakses internet, ia juga dituntut memiliki tanggung jawab, kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif, kemahiran interpersonal dan intrapersonal, memecahkan masalah, dan memahami teknologi berikut dampak positif maupun negatifnya. Namun, selain kemampuan guru menggunakan perangkat, perlu upaya yang keras untuk mendukung tersedianya fasilitas agar semua itu dapat terlaksana.
Kata kunci: internet, keterampilan abad 21, pendidikan karakter, blog
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*) Guru Go Blog, maksudnya guru membuat blog, memberikan pembelajaran melalui blog
**) Staf Pengajar di SMPN 2 Tanta, Kab. Tabalong
PENDAHULUAN
Dunia terus berubah. Dari masa ke masa, selama peradaban manusia terus berkembang, maka dunia akan terus bergerak maju mengikuti ‘nalurinya’. Begitu pun teknologi, berkembang dan terus berkembang. Di abad ini, siapa sih yang tidak tahu handphone dan komputer? Di segala sisi kehidupan, terutama handphone, kedua benda itu mengiringi langkah manusia menjalani hidupnya. Di akhir tahun 1990-an, handphone masih merupakan barang langka dan relatif mahal. Seiring dengan perkembangan zaman, kini handphone seolah merupakan barang kebutuhan utama seiring dengan berkembangnya internet. Mungkin apa yang pernah digambarkan oleh Saykoji dalam lagu “Online”, sudah cukup menggambarkan bagaimana ‘gaya hidup’ manusia abad 21; sebelum tidur online, bangun tidur pun online lagi: Facebook-an, Chating-an, Twitter-an. Hampir setiap saat, manusia abad 21 browsing di dunia maya. Kalau tidak melalui handphone, ya melalui komputer.
Anak-anak (baca: siswa, pelajar), merupakan subyek yang begitu cepat ‘menyentuh’ dunia ini. Browsing di internet sudah seolah merupakan kebutuhan utama bagi mereka. Coba hitung, berapa persen siswa di sekolah kita yang memiliki akun facebook? Banyak bukan? Begitulah. Menurut Kantor Berita Antara, Indonesia memasuki urutan ke-4 terbesar pengguna twitter dan urutan ke-2 pengguna facebook di dunia, dengan 35 juta pengguna terhitung bulan Mei 2011. Sedangkan 7,5 juta di antara pengguna facebook adalah berumur di bawah 13 tahun (Okezone.com: 2011).
Kemajuan teknologi abad 21 tak hanya memiliki manfaat yang besar bagi manusia. Namun, kehadirannya juga memiliki dampak negatif yang juga berisiko besar bagi perkembangan siswa. Kebebasan mengakses informasi tanpa batas melalui internet membuat siswa menjadi rentan terkontaminasi pengaruh-pengaruh yang menjerumuskan. Di internet, selain memuat ‘perpustakaan digital’ berisi informasi dan ilmu pengetahuan juga bertebaran akan situs-situs yang hanya layak dilihat/dibaca oleh kaum dewasa. Begitupun kejahatan cybernet, akan siap mencengkram kehidupan mereka.
Kemajuan teknologi informasi (baca: internet) tak dipungkiri merupakan ‘pesaing’ sekolah (baca: guru) yang tangguh. Andai sekolah ataupun guru tak berinovasi membuat lingkungan belajar yang nyaman di dunia abad 21 siswa, sekolah tak lebih merupakan ‘penjara’ bagi siswa. Belajar di sekolah merupakan formalitas yang harus dilewati oleh mereka untuk sekadar menaiki tangga demi tangga jenjang pendidikan dan sekadar mengikuti rutinitas kodrat manusia. Baru selepas jam sekolah, para siswa seolah kembali ke dunia berwarna, dunia yang menyenangkan bagi mereka, dunia abad 21.
Menurut Lozanov, keberhasilan pembelajaran juga tergantung pada alat bantu (media) yang digunakan. Alat bantu adalah benda yang dapat mewakili suatu gagasan (Said, 2000). Alat bantu (media) ini lebih kongkret dan nyata karena dapat dilihat, diraba, atau bahkan didengar. Nah, internet adalah media yang sangat dekat dalam diri siswa abad ini.
Menyikapi hal tersebut di atas, guru (sekolah) harus mampu menjadi ‘mitra’ yang sinergis bagi kemajuan dunia teknologi informasi dan komunikasi. Dalam hal ini, mampu memanfaatkan kemajuan itu untuk digunakan dalam dunia pendidikan. Tentu, upaya ini tak akan berjalan mulus tanpa dukungan yang besar dari stakeholder pendidikan lainnya: orangtua, masyarakat, dan pemerintah.
Jika demikian, yang menjadi permasalahan adalah: keterampilan apa yang harus dimiliki oleh siswa abad 21 dan bagaimana caranya mengembangkan pendidikan berkarakter siswa abad 21?
Pembahasan
Pada dasarnya, pembelajaran diselenggarakan dengan harapan agar siswa mampu menerima, memproses, menyimpan, serta mengeluarkan informasi yang telah diolahnya. Gardner (1983) mengemukakan bahwa kemampuan memproses informasi itu dalam bentuk tujuh kecerdasan, yaitu (1) logis-matematis, (2) musik, (3) linguistik, (4) kinestetik-keperagaan, (5) spasial, (6) interpersonal, dan (7) intrapersonal. Media yang mampu mengakomodasi hal itu adalah komputer. Komputer (internet) mampu menyajikan informasi dalam bentuk video, audio, teks, grafik, maupun animasi (simulasi). Menurut Arsyad (1997), komputer mampu mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran, memberikan iklim yang lebih efektif, merangsang siswa untuk mengerjakan latihan, melakukan kegiatan laboratorium atau simulasi karena adanya animasi grafik, warna, dan musik di dalamnya sehingga menjadi lebih realistik.
Pembelajaran tidak selalu harus dilakukan di dalam ruang kelas dan pada jam belajar formal. Pembelajaran dapat dilakukan tanpa dibatasi ruang dan waktu. Sebelum atau setelah pembelajaran di dalam kelas dilakukan, guru dapat memberi tugas kepada siswa untuk mencari berbagai sumber ilmu dengan berbagai cara sesuai dengan perkembangan teknologi digital. Teori belajar behaviorisme berpandangan bahwa proses pembelajaran terjadi sebagai hasil pengajaran yang disampaikan guru dengan bantuan media. Sedangkan teori belajar konstruktivisme berpandangan bahwa media digunakan sebagai sesuatu yang memungkinkan siswa secara aktif mengkonstruksi ilmu pengetahuan.
Keterampilan yang diperlukan untuk siswa abad 21 adalah keterampilan beradaptasi, keterampilan berkomunikasi yang kompleks, memecahkan masalah yang tak biasa, berpikir hal-hal yang tak biasa, memiliki kemampuan dan kemauan, baik kemampun menalar maupun kemauan untuk memecahkan masalah yang sulit, keterampilan mengelola diri sendiri, dan keterampilan berpikir dalam kerangka suatu sistem.
Menurut Tony Wagner, siswa abad 21 harus mampu berpikir kritis dan memecahkan masalah, mampu berkolaborasi di seluruh jaringan dan mampu memimpin dengan pengaruh, lincah dan dapat beradaptasi, inisiatif dan wirausaha, mampu berkomunikasi efektif secara lisan dan tertulis, mengakses dan menganalisis informasi, dan memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi.
Apa yang dapat ditawarkan untuk mengembangkan semua ini? Ciptakan suatu kelas abad 21 yang memotivasi siswa khususnya menciptakan model pembelajaran mandiri. Keterampilan belajar mandiri sangat penting bagi pembelajar abad 21. Blog merupakan solusi alternatif yang dapat diketengahkan.
Memang, tak hanya blog, di dunia maya telah banyak virtual school (sekolah maya) seperti www.virtualschool.edu, perpustakaan maya seperti www.dglib.uns.ac.id, ataupun sumber belajar online lainnya seperti www.e-edukasi.net. Namun, interaksi siswa dengan gurunya sendiri melalui blog tentu lebih ‘mengena’. Siswa dapat mengetahui dengan mudah program pengajaran dari gurunya, materi pelajaran, kisi-kisi ulangan, bahkan nilai ulangannya. Siswa belajar keterbukaan dan kejujuran, terlatih untuk mengakui ‘kekalahannya’ jika nilainya lebih rendah dari temannya, menghargai karya orang lain, dan lain-lain. Melalui blog, siswa dapat terus mengikuti pembelajaran tanpa harus bertemu gurunya. Semua aktivitas seperti tatap muka, tutorial, pemberian tugas dan umpan baliknya dapat dilakukan melalui internet (Rahardjo, 2008).
Guru go blog merupakan solusi alternatif untuk menjembatani dunia sekolah dengan dunia maya (internet). Penting bagi guru memiliki sebuah ‘papan tulis’ di dunia maya sebagai sarana pembelajaran tanpa batas ruang dan waktu. Sebuah blog bagi guru bukan sekadar ‘papan’ untuk menempel informasi sebagai ekspresi diri ataupun penyalur hobi menulis namun lebih dari itu merupakan sarana proses pembelajaran yang terus-menerus. Melalui blog, siswa atau kelas yang diampu bisa terus mempelajari materi pelajaran sesuai kemauannya, kapanpun, dan di manapun. Dengan begitu, siswa akan merasa bahwa belajar adalah hal yang dekat dengan dunianya dan dunia sekolah bukan lagi sebuah penjara baginya. Siswa juga diberi kepercayaan bahwa dalam kebebasan mengakses internet, ia juga dituntut memiliki tanggung jawab, kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis dan kreatif, kemahiran interpersonal dan intrapersonal, memecahkan masalah, dan memahami teknologi berikut dampak positif maupun negatifnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan:
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Teknologi yang berkembang cepat dan zaman yang cepat berubah, menuntut siswa abad 21 harus memiliki keterampilan beradaptasi, keterampilan berkomunikasi yang kompleks dan efektif baik lisan maupun tulis, memecahkan masalah yang tak biasa, berpikir hal-hal yang tak biasa, memiliki kemampuan dan kemauan, keterampilan mengelola diri sendiri, dan keterampilan berpikir kritis dalam kerangka suatu sistem, mampu berkolaborasi di seluruh jaringan, mampu memimpin dengan pengaruh, memiliki inisiatif dan wirausaha, mengakses dan menganalisis informasi, dan memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi.
2. Teknologi yang berkembang cepat, zaman yang cepat berubah, dan karakteristik siswa yang berbeda dari zaman ke zaman menuntut insan pendidik dan dunia pendidikan berinovasi tinggi mengikuti perkembangan zaman. Guru go blog merupakan salah satu alternatif yang patut dikembangkan.
Saran:
1. Untuk menyongsong abad 2l, guru jangan menunggu lagi untuk menggunakan fasilitas internet sebagai penunjang keberhasilan pembelajarannya.
2. Selain kemampuan guru menggunakan perangkat, perlu upaya yang keras untuk mendukung tersedianya fasilitas agar proses pembelajaran berbasis internet dapat berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad. 1997. Teknik Pembuatan Media Pembelajaran dengan Memanfaatkan Komputer. (Online http://kurtek.upi.edu, diakses 12 Oktober 2011).
Gardner, H. 1983. Frames of mind – The Theory of Multiple Intelegences. New York: Basic Books Inc.
Rahardjo, Budi. 2002. Rancangan ABC eBook. Bandung: Penerbit ITB dan Departemen Fisika ITB.
Said, M dkk. 2000. Kiat Mengajar dengan Quantum Teaching. Surabaya: Konsorsium Pendidikan Islam.
----------------------. 2011. 7,5 Juta Umur Pengguna Facebook di Bawah 13 Tahun. (Online,http://techno.okezone.com/read/2011/05/10/55/455575/7-5-juta-umur-pengguna-facebook-di-bawah-13-tahun, diakses 12 Oktober 2011)
-----------------------. 2011. Indonesia Urutan ke-2 Terbesar Pengguna Facebook. (Online.http://id.berita.yahoo.com/indonesia-urutan-ke-2-terbesar-pengguna-facebook-025416888.html, diakses 12 Oktober 2011).
Foto memori KGN 2010:
Foto latar: Iskaruji dot com
Komentar
Posting Komentar