Puisi Berdasarkan Jenis dan Isinya: Puisi Balada
Puisi Berdasarkan Jenis dan Isinya: Puisi Balada --> Berdasarkan isi dan tujuannya, puisi dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu balada, ode, himne, satire, dan epigram.
Puisi balada adalah sajak yang mengisahkan cerita rakyat yang mengharukan, kadang-kadang dinyanyikan, kadang-kadang berupa dialog. Misalnya kemaian, putus cinta, dan mendapat musibah atau bencana lainnya.
Berikut contoh puisi balada:
Puisi ini berisi balada seorang perampok, Atmo Karpo, yang sedang dikepung para warga desa. Namun, ia tak mau menyerah begitu saja. Ia hadapi semua orang yang hendak menangkapnya. Darahpun tumpah, baik dari warga desa maupun Atmo Karpo. Ia pun berkali-kali memanggil nama Joko Pandan. Begitu muncul keduapun bertarung. Pada langkah ketiga, Atmo Karpo terkulai emas oleh luka di sekujur tubuhnya. Sorak-sorai para pasukan kerajaan pun menggema. Namun Joko Pandan tetap merasa menyesal, karena ia telah membunuh bapanya.
Puisi balada adalah sajak yang mengisahkan cerita rakyat yang mengharukan, kadang-kadang dinyanyikan, kadang-kadang berupa dialog. Misalnya kemaian, putus cinta, dan mendapat musibah atau bencana lainnya.
Berikut contoh puisi balada:
Balada Terbunuhnya Atmo Karpo (Oleh: W.S. Rendra)
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri
Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.
Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Bedah perutnya tapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala
Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi derapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derunya dendam yang tiba.
Pada langkah pertama keduanya sama baja.
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta bulan, sorak sorai, anggur darah.
Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapanya.
Puisi ini berisi balada seorang perampok, Atmo Karpo, yang sedang dikepung para warga desa. Namun, ia tak mau menyerah begitu saja. Ia hadapi semua orang yang hendak menangkapnya. Darahpun tumpah, baik dari warga desa maupun Atmo Karpo. Ia pun berkali-kali memanggil nama Joko Pandan. Begitu muncul keduapun bertarung. Pada langkah ketiga, Atmo Karpo terkulai emas oleh luka di sekujur tubuhnya. Sorak-sorai para pasukan kerajaan pun menggema. Namun Joko Pandan tetap merasa menyesal, karena ia telah membunuh bapanya.
Komentar
Posting Komentar