Perdebatan Aya dengan Azzam, Bang Jack, dan Om Wijoyo tentang Sikap Malu dan Pura-pura Wanita
Perdebatan Aya dengan Azzam, Bang Jack, dan Om Wijoyo tentang Sikap Malu dan Pura-pura Wanita-- PPT Jilid 6 Episode 16 Agustus hari ini memuat percakapan yang sarat dengan gaya bahasa dan makna. Tak dipungkiri, Azzam dan Aya digambarkan sebagai tokoh yang piawai mengolah kata dengan metafor, personifikasi, perumpamaan (simile), atau majas lainnya, ketika sedang berdebat (Baca juga kreativitas berbahasa Azzam di arsip sebelumnya). Berikut transkripsi percakapan keduanya yang berhasil terekam:
Saat itu, Azzam dan Aya kedatangan tamu dua duda tua, Bang Jack dan Om Wijoyo. Orang yang sebenarnya menjadi incaran untuk ditemui, Tante Widya, malah sembunyi di kamar, pura-pura tidur. Bang Jack dan Om Wijoyo tentu paham tentang hal itu sehingga mereka lantas menyindir-nyindir sambil mengerling ke arah kamar Tante Widya. Orang yang tersindir terpaksa menahan rasa marah dan malunya namun tetap tak mampu keluar kamar.
Ditranskripsikan dari PPT 6 Episode 16 Agustus 2012 (27 Ramadan 1433 H).
Sumber foto: Google
Saat itu, Azzam dan Aya kedatangan tamu dua duda tua, Bang Jack dan Om Wijoyo. Orang yang sebenarnya menjadi incaran untuk ditemui, Tante Widya, malah sembunyi di kamar, pura-pura tidur. Bang Jack dan Om Wijoyo tentu paham tentang hal itu sehingga mereka lantas menyindir-nyindir sambil mengerling ke arah kamar Tante Widya. Orang yang tersindir terpaksa menahan rasa marah dan malunya namun tetap tak mampu keluar kamar.
- Om Wijoyo: "Maaf ni, Aya. Aya kan perempuan ni. Bisa nggak kita bicara jujur dan terbuka?"
- Aya: "Ya, silakan, Om."
- Om Wijoyo: "Ni kira2 mamanya Azzam ini, tidur beneran apa tidur pura-pura?"
- Aya: "Kayaknya sih pura2 tidur, Om. Perempuan kan kaya gitu?"
- Bang Jack: "Perempuan seanggun itu ternyata bisa bohong juga, ya..."
- Azzam: "Mama risih aja sama kedatangan Bang Jack dan Om Wi."
- Bang Jack: "Iya, kan dia bisa ngomong terus-terang. Mohon maaf mas, abang, saya hari ini tak terima tamu. Beres kan?"
- Aya: "Ya, tapi perempuan kan nggak bisa setelak itu, Bang?"
- Om Wijoyo: "Oh, enggak. Keterusterangan, kejujuran itu lebih penting kan daripada membiarkan dua hati terlunta-lunta kayak musafir begini."
- Aya: "Ya, nggak dong, Om. Ketika rasa malu dan pura-pura sudah terkelupas, lantas di mana keindahan seorang perempuan? Ketika segala sesuatunya sudah jelas, terus bagaimana dengan permainannya? Nggak seru dong, ah."
- Azzam: "Saya semakin mengerti, kenapa perempuan tidak layak menjadi imam, karena mereka tidak mempunyai jiwa pro aktif. Mereka lebih membela kehormatannya melalui rasa malu dan kepura-puraan."
- Aya: "Allah menutupi aib bumi dan seisinya dengan menggelapkan malam. Itulah perempuan. Lalu Allah menerangkan siang dengan matahari supaya bisa membedakan mana yang haq, mana yang bathil, mana yg laki-laki, mana yang perempuan."
- Azzam: "Terus bagaimana dengan sinar rembulan dan bintang di malam hari? Itupun lebih dari cukup untuk membuka aib ataupun keburukan seorang perempuan. Dan ternyata, perempuan tak terlindungi?"
- Aya: "Ya, mungkin aja Allah memang mau membuka aibnya. Tapi pastinya di bawah sinar rembulan yg lembut, tidak sepanas dan seterang matahari."
- Wijoyo: "Tapi kan sekarang ini banyak tuh perempuan yang membuka aib mereka sendiri secara terbuka, blak-blakan siang malam."
- Aya: "Ya, itu mungkin Allah sudah tak mempedulikan keperempuanannya lagi lalu mencampakkannya ke urusan dunia. Dan dunia, tidak pernah punya rasa kasihan."
- Azzam: "I love you, Aya....."
Ditranskripsikan dari PPT 6 Episode 16 Agustus 2012 (27 Ramadan 1433 H).
Sumber foto: Google
Komentar
Posting Komentar