Membacakan Berita
JUDUL-- Ada hal-hal yang perlu Anda perhatikan saat membacakan
berita, yakni nada, tempo (kecepatan), jeda, intonasi, dan pelafalan
kata yang jelas dan tepat. Unsur-unsur tersebut sangatlah penting
dalam berbahasa lisan agar suasana lebih hidup dan komunikatif.
Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai unsur-unsur tersebut.
Nada adalah tekanan tinggi rendahnya pengucapan suatu kata.
Kata yang bernada menandakan bahwa kata itu lebih penting daripada
yang lainnya. Tempo adalah cepat atau lambatnya pengucapan suatu
bagian dalam kalimat. Fungsinya hampir sama dengan tekanan nada,
yakni untuk mementingkan suatu kata dalam bagian kalimat. Jeda
adalah penghentian sementara dalam kalimat untuk memperjelas
arti. Intonasi adalah naik turunnya kalimat. Hampir sama dengan
nada, intonasi fungsinya adalah sebagai pembentuk makna kalimat
sebagaimana yang tampak antara kalimat berita, kalimat tanya, dan
kalimat perintah.
Jika pembacaan berita itu dilakukan di hadapan banyak orang,
Anda pun harus memerhatikan tatapan mata. Sebaiknya, tatapan muka
ditujukan ke semua arah agar audiens yang mendengarkan merasa
diperhatikan. Begitu pula dengan sikap dan penampilan haruslah dijaga
dengan baik.
Tanda:
/ = jeda sebentar
// = jeda lama
– = intonasi datar
v = intonasi turun
= intonasi naik
Lita Liviani, Pemusik Cilik dengan Potensi Besar
Para pemirsa Liputan Siang,
Orkes Simfoni Nasional Indonesia (OSNI)
dalam pergelaran kali ini, secara khusus menampilkan
musikus cilik bernama lengkap Lita Liviani Tandiono,
dengan empat kemahiran memainkan instrumen
piano, biola, cello, dan flute.
Lita yang kini berusia 9 tahun sembilan bulan adalah
pemusik yang sangat muda untuk kemampuannya itu.
Dengan latar belakang gemblengan dari kedua orang
tuanya, si bocah yang dibesarkan di Kota Pahlawan ini
menjalani pengenalan atas instrumen sejak usia empat
setengah tahun dengan dukungan orang yang berbeda.
Walau ibunya mengatakan bahwa dia lebih
menguasai piano dan biola, Lita malah mengaku
tak bisa memilih mana instrumen yang paling
digemarinya. Malam itu, usai pergelaran orkestra
di mana dia memainkan beberapa karya komponis
dunia, Lita tergagap saat dikerumuni wartawan yang
mengumbar pertanyaan seputar penampilannya.
Jaya Suprana, Ketua Muri yang juga pianis,
setelah menganugerahkan rekor bagi pianis cilik itu
melontarkan pendapat tentang keahlian generasi Lita
sebagai kebanggaan buat dunia musik, khususnya di
Indonesia. Pada momen tersebut, Jaya Suprana juga
memberikan anugerah untuk konduktor Jap Tji Kien,
sebagai orang pertama di Asia yang meraih gelar FRSM
(Fellowship of Royal School of Music), London.
Menurut pendapat Koei Pin Yeo, pimpinan
Sekolah Musik Jakarta dan music director OSNI, bakat
sesungguhnya bisa digali sejak awal, sejak usia kanak.
Lita telah memenuhi syarat itu, termasuk menguasai
instrumen piano sejak usia empat tahun setengah,
biola di sekitar usia enam tahun, cello pada usia
delapan tahun, dan flute pada usia sembilan tahun.
Lita fasih menyenandungkan tiap lubang flute
lewat jemarinya yang mungil serta napas bocahnya
dalam nomor "Minuet in G Major" karya JS Bach,
"Gavote" (GF Handel) dan "Hunter Chorus" (CM
Von Weber). Lita mampu memainkan cello yang
berukuran hampir seukuran tubuhnya.
Dengan menyandarkan ke tubuh, dia menggesek
instrumen gesek itu. Tarikannya yang dibatasi tungkai
tangan, tekanan jari mungil yang kadang menekan
kurang penuh sehingga senar belum sempurna
kejernihannya, namun kemampuan menempatkan
jari sehingga menghasilkan nada tepat di tempo yang
cepat pada dua komposisi, "Sonata in C Mayor –
Allegro" karya JB Breval, tetap mengagumkan. Pada
karya WA Mozart yang akrab di telinga publik ini, dia
membawakan nomor "Concerto for Piano K.414 in
A. Major – Alegro" dengan kemampuan maksimal
sejak awal komposisi dimainkan.
Kekuatan permainan instrumen Lita diperlihatkan
ketika bocah ini memainkan biola. Keahlian
pada seusia Lita dalam meraih prestasi rekor Muri
sangat logis dan menakjubkan.
Dr. Koei Pin Yeo sebagai pimpinan OSNI yang
juga pernah "menjembatani" kemunculan pemain flute
termuda lainnya, Stephanie Jaya dalam menggondol
MURI, berkomentar bahwa bakat memang penting,
tetapi harus disertai disiplin. Tiap orang sebenarnya
punya kepekaan. Untuk menggalinya, orang tua
bisa melakukan dengan cara rajin mengajak si anak
merekam berbagai (pertunjukan) orkestra untuk
dibawa pulang ke rumah.
Demikianlah berita ini kami sampaikan. Terima
kasih atas perhatian pemirsa.
Sumber: www.trans7.co.id
berita, yakni nada, tempo (kecepatan), jeda, intonasi, dan pelafalan
kata yang jelas dan tepat. Unsur-unsur tersebut sangatlah penting
dalam berbahasa lisan agar suasana lebih hidup dan komunikatif.
Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai unsur-unsur tersebut.
Nada adalah tekanan tinggi rendahnya pengucapan suatu kata.
Kata yang bernada menandakan bahwa kata itu lebih penting daripada
yang lainnya. Tempo adalah cepat atau lambatnya pengucapan suatu
bagian dalam kalimat. Fungsinya hampir sama dengan tekanan nada,
yakni untuk mementingkan suatu kata dalam bagian kalimat. Jeda
adalah penghentian sementara dalam kalimat untuk memperjelas
arti. Intonasi adalah naik turunnya kalimat. Hampir sama dengan
nada, intonasi fungsinya adalah sebagai pembentuk makna kalimat
sebagaimana yang tampak antara kalimat berita, kalimat tanya, dan
kalimat perintah.
Jika pembacaan berita itu dilakukan di hadapan banyak orang,
Anda pun harus memerhatikan tatapan mata. Sebaiknya, tatapan muka
ditujukan ke semua arah agar audiens yang mendengarkan merasa
diperhatikan. Begitu pula dengan sikap dan penampilan haruslah dijaga
dengan baik.
Tanda:
/ = jeda sebentar
// = jeda lama
– = intonasi datar
v = intonasi turun
= intonasi naik
Lita Liviani, Pemusik Cilik dengan Potensi Besar
Para pemirsa Liputan Siang,
Orkes Simfoni Nasional Indonesia (OSNI)
dalam pergelaran kali ini, secara khusus menampilkan
musikus cilik bernama lengkap Lita Liviani Tandiono,
dengan empat kemahiran memainkan instrumen
piano, biola, cello, dan flute.
Lita yang kini berusia 9 tahun sembilan bulan adalah
pemusik yang sangat muda untuk kemampuannya itu.
Dengan latar belakang gemblengan dari kedua orang
tuanya, si bocah yang dibesarkan di Kota Pahlawan ini
menjalani pengenalan atas instrumen sejak usia empat
setengah tahun dengan dukungan orang yang berbeda.
Walau ibunya mengatakan bahwa dia lebih
menguasai piano dan biola, Lita malah mengaku
tak bisa memilih mana instrumen yang paling
digemarinya. Malam itu, usai pergelaran orkestra
di mana dia memainkan beberapa karya komponis
dunia, Lita tergagap saat dikerumuni wartawan yang
mengumbar pertanyaan seputar penampilannya.
Jaya Suprana, Ketua Muri yang juga pianis,
setelah menganugerahkan rekor bagi pianis cilik itu
melontarkan pendapat tentang keahlian generasi Lita
sebagai kebanggaan buat dunia musik, khususnya di
Indonesia. Pada momen tersebut, Jaya Suprana juga
memberikan anugerah untuk konduktor Jap Tji Kien,
sebagai orang pertama di Asia yang meraih gelar FRSM
(Fellowship of Royal School of Music), London.
Menurut pendapat Koei Pin Yeo, pimpinan
Sekolah Musik Jakarta dan music director OSNI, bakat
sesungguhnya bisa digali sejak awal, sejak usia kanak.
Lita telah memenuhi syarat itu, termasuk menguasai
instrumen piano sejak usia empat tahun setengah,
biola di sekitar usia enam tahun, cello pada usia
delapan tahun, dan flute pada usia sembilan tahun.
Lita fasih menyenandungkan tiap lubang flute
lewat jemarinya yang mungil serta napas bocahnya
dalam nomor "Minuet in G Major" karya JS Bach,
"Gavote" (GF Handel) dan "Hunter Chorus" (CM
Von Weber). Lita mampu memainkan cello yang
berukuran hampir seukuran tubuhnya.
Dengan menyandarkan ke tubuh, dia menggesek
instrumen gesek itu. Tarikannya yang dibatasi tungkai
tangan, tekanan jari mungil yang kadang menekan
kurang penuh sehingga senar belum sempurna
kejernihannya, namun kemampuan menempatkan
jari sehingga menghasilkan nada tepat di tempo yang
cepat pada dua komposisi, "Sonata in C Mayor –
Allegro" karya JB Breval, tetap mengagumkan. Pada
karya WA Mozart yang akrab di telinga publik ini, dia
membawakan nomor "Concerto for Piano K.414 in
A. Major – Alegro" dengan kemampuan maksimal
sejak awal komposisi dimainkan.
Kekuatan permainan instrumen Lita diperlihatkan
ketika bocah ini memainkan biola. Keahlian
pada seusia Lita dalam meraih prestasi rekor Muri
sangat logis dan menakjubkan.
Dr. Koei Pin Yeo sebagai pimpinan OSNI yang
juga pernah "menjembatani" kemunculan pemain flute
termuda lainnya, Stephanie Jaya dalam menggondol
MURI, berkomentar bahwa bakat memang penting,
tetapi harus disertai disiplin. Tiap orang sebenarnya
punya kepekaan. Untuk menggalinya, orang tua
bisa melakukan dengan cara rajin mengajak si anak
merekam berbagai (pertunjukan) orkestra untuk
dibawa pulang ke rumah.
Demikianlah berita ini kami sampaikan. Terima
kasih atas perhatian pemirsa.
Sumber: www.trans7.co.id
Komentar
Posting Komentar