Pengumuman, Pemadaman Listrik Bergilir Ditiadakan
Pengumuman, Pemadaman Listrik Bergilir Ditiadakan--
kecukupan aliran arus listrik di kedua pulau tersebut.
Namun, fakta berbicara lain. Perusahaan Listrik Negara (PLN) justru tidak mampu memberi jaminan ketersediaan arus listrik setiap saat. Tiba-tiba saja listrik padam tanpa pemberitahuan.
Ternyata tabiat perusahaan yang enggan merawat peralatan menjadi pangkal persoalan. Permasalahan bertambah rumit lantaran perusahaan tidak mampu melakukan antisipasi secara menyeluruh. Kekurangan bahan bakar pembangkit listrik selalu terjadi setiap
tahun. Mestinya, PLN membuat perencanaan yang komprehensif dengan memperhitungkan secara cermat seluruh gangguan yang bakal ada. Persoalannya sederhana sekali, tapi akibatnya sangat fatal, yaitu sejumlah pembangkit listrik mengalami gangguan pada saat bersamaan.
Mengapa sampai terjadi begitu?
Berikut alasannya:
Penyebab gangguan tersebut semuanya adalah masalah yang bisa diprediksi sebelumnya. Kebutuhan bahan baku BBM dan gas sudah seharusnya bisa diantisipasi. Gangguan kipas udara dan trafo mencerminkan tabiat perusahaan yang tidak mau merawat peralatan. Begitu juga gangguan air laut surut semestinya sudah diperhitungkan sejak dini dalam perencanaan proyek.
Listrik sudah menjadi kebutuhan vital. Pemadaman listrik meski dalam sekejap saja berdampak luas. Pemadaman itu berpotensi mengganggu roda perekonomian nasional karena tidak ada perusahaan yang tidak menggunakan listrik.
Sudah saatnya PLN memperbaiki kinerjanya sebab perusahaan itu melayani 56% kebutuhan listrik nasional. Saat ini daya listrik nasional terpasang baru 19.000 megawatt, dan 15.000 megawatt di antaranya ada di Jawa-Bali. Angka ini baru bisa dinikmati 52% rakyat Indonesia atau sekitar 18 juta keluarga. Persoalan yang ada di depan mata ialah pertumbuhan kebutuhan listrik nasional tidak seimbang dengan pertumbuhan pembangkit listrik.
Pertumbuhan kebutuhan listrik nasional 7,1% per tahun dan diperkirakan pada 2025 akan terjadi krisis kebutuhan listrik. Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan pembangkit
listrik konvensional yang menggunakan bahan baku minyak bumi. Cetak Biru Pengelolaan Energi Nasional 2005–2025 menargetkan pengurangan pemakaian minyak bumi menjadi hanya 26,2% pada 2025 dari saat ini 72,1%.
Tahun 2007, pemerintah sudah mencanangkan program 10.000 megawatt untuk menambah daya listrik di Jawa-Bali. Dulu, saat Jusuf Kalla masih menjabat sebagai waprespun pernah mengundang investor dari China untuk menanam modal di bidang kelistrikan. Bahkan, pemanfaatan pembangkit listrik tenaga nuklir pun mulai dilirik. Namun, sebagus apa pun program pemerintah, sebanyak apa pun penambahan daya listrik, persoalannya kembali kepada keseriusan PLN menata diri untuk merawat seluruh pembangkit listrik yang ada.
Jadi, nampaknya betul bahwa pemadaman listrik bergilir sudah ditiadakan. Namun, diganti dengan penyalaan listrik bergilir.
Sumber: Media Indonesia cetak, 27 Juni 2007
Foto: Andri Yadi
Dalam B.Indonesia, gaya bahasa ironi diartikan sebagai gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu yang berlawanan, ungkapan sinis yang menyanjung namun menjatuhkan. Contoh: Bagus benar kelakuanmu sehingga ibumu begitu merana.Saat ini, hampir seluruh wilayah di Indonesia sedang mengalami pemadaman listrik bergilir. Itulah Indonesia, kata seorang teman. Bangsa ini cukup pandai membangun, namun hanya menyisakan sedikit kecerdasan untuk merawat hasil-hasil pembangunan. Pembangunan sistem interkoneksi listrik di wilayah Jawa dan Bali, misalnya. Mestinya, sistem interkoneksi itu memberi jaminan
kecukupan aliran arus listrik di kedua pulau tersebut.
Namun, fakta berbicara lain. Perusahaan Listrik Negara (PLN) justru tidak mampu memberi jaminan ketersediaan arus listrik setiap saat. Tiba-tiba saja listrik padam tanpa pemberitahuan.
Ternyata tabiat perusahaan yang enggan merawat peralatan menjadi pangkal persoalan. Permasalahan bertambah rumit lantaran perusahaan tidak mampu melakukan antisipasi secara menyeluruh. Kekurangan bahan bakar pembangkit listrik selalu terjadi setiap
tahun. Mestinya, PLN membuat perencanaan yang komprehensif dengan memperhitungkan secara cermat seluruh gangguan yang bakal ada. Persoalannya sederhana sekali, tapi akibatnya sangat fatal, yaitu sejumlah pembangkit listrik mengalami gangguan pada saat bersamaan.
Mengapa sampai terjadi begitu?
Berikut alasannya:
- Pasokan daya Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) di pembangkit listrik, terhenti akibat ketiadaan bahan bakar minyak (BBM).
- Pasokan BBM itu terganggu akibat kerusakan pompa pada kapal pengangkut BBM.
- Ada juga pembangkit listrik yang mengaku mengalami gangguan peralatan kipas udara.
- Pembangkit listrik terkena gangguan trafo
- Pembangkit listrik bertenaga gas tidak mendapat pasokan gas
- Pembangkit listrik terganggu karena air laut surut, sungai surut.
Penyebab gangguan tersebut semuanya adalah masalah yang bisa diprediksi sebelumnya. Kebutuhan bahan baku BBM dan gas sudah seharusnya bisa diantisipasi. Gangguan kipas udara dan trafo mencerminkan tabiat perusahaan yang tidak mau merawat peralatan. Begitu juga gangguan air laut surut semestinya sudah diperhitungkan sejak dini dalam perencanaan proyek.
Listrik sudah menjadi kebutuhan vital. Pemadaman listrik meski dalam sekejap saja berdampak luas. Pemadaman itu berpotensi mengganggu roda perekonomian nasional karena tidak ada perusahaan yang tidak menggunakan listrik.
Sudah saatnya PLN memperbaiki kinerjanya sebab perusahaan itu melayani 56% kebutuhan listrik nasional. Saat ini daya listrik nasional terpasang baru 19.000 megawatt, dan 15.000 megawatt di antaranya ada di Jawa-Bali. Angka ini baru bisa dinikmati 52% rakyat Indonesia atau sekitar 18 juta keluarga. Persoalan yang ada di depan mata ialah pertumbuhan kebutuhan listrik nasional tidak seimbang dengan pertumbuhan pembangkit listrik.
Pertumbuhan kebutuhan listrik nasional 7,1% per tahun dan diperkirakan pada 2025 akan terjadi krisis kebutuhan listrik. Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan pembangkit
listrik konvensional yang menggunakan bahan baku minyak bumi. Cetak Biru Pengelolaan Energi Nasional 2005–2025 menargetkan pengurangan pemakaian minyak bumi menjadi hanya 26,2% pada 2025 dari saat ini 72,1%.
Tahun 2007, pemerintah sudah mencanangkan program 10.000 megawatt untuk menambah daya listrik di Jawa-Bali. Dulu, saat Jusuf Kalla masih menjabat sebagai waprespun pernah mengundang investor dari China untuk menanam modal di bidang kelistrikan. Bahkan, pemanfaatan pembangkit listrik tenaga nuklir pun mulai dilirik. Namun, sebagus apa pun program pemerintah, sebanyak apa pun penambahan daya listrik, persoalannya kembali kepada keseriusan PLN menata diri untuk merawat seluruh pembangkit listrik yang ada.
Jadi, nampaknya betul bahwa pemadaman listrik bergilir sudah ditiadakan. Namun, diganti dengan penyalaan listrik bergilir.
Sumber: Media Indonesia cetak, 27 Juni 2007
Foto: Andri Yadi
Komentar
Posting Komentar