Pemakaian Bahasa Balita di Kalangan Manusia (Remaja) Abad Ke-21
Pemakaian Bahasa Balita di Kalangan Manusia (Remaja) Abad Ke-21--
Di sebuah iklan operator telepon seluler, kita sering disuguhi bahasa 'ciyus', 'miapah' (ada yang menulis: 'miyapah' ataupun 'miapa'), dan 'enelan'. Si bintang iklan, Omesh, begitu 'gencar' memasyarakatkan bahasa kanak-kanak itu. Iklan itupun hampir selalu muncul di setiap jeda acara televisi. Kata-kata tersebut melengkapi kata-kata 'gaul' lainnya berupa singkatan seperti 'kamseupay' dan entah apa lagi. Fenomena apa ini? Rusakkah bahasa Indonesia jadinya?
Bahasa balita? Ya, anak-anak balita kan mengucapkan serius menjadi ciyus? Demi apa diucapkan menjadi miapah? Beneran diucapkan menjadi enelan? Aku juga diucapkan menjadi aku juja? Terima kasih menjadi makacih, sungguh menjadi cungguh, rahasia menjadi lahacia, dan lain-lainnya?
Manusia, sebagai makhluk sosial, tak terlepas dari bahasa sebagai alat komunikasi. Sesuai perkembangan zaman, bahasa juga pasti akan terus berkembang. Fenomena bahasa gaul atau bahasa balita untuk kasus di atas, adalah hal yang wajar dalam peradaban manusia.
Jadi, tak usah cemas, kata-kata tersebut lahir dan akan mati secara alamiah sesuai dengan perkembangan peradaban manusia.
Setiap kata, memiliki hak untuk hidup. Namun, sekali lagi, sesuai dengan peradaban manusia, setiap kata untuk dapat tetap hidup, bukanlah hal yang mudah. Suatu saat akan surut dan hilang dengan sendirinya jika pemakainya semakin berkurang. Ciyus loh!
Di sebuah iklan operator telepon seluler, kita sering disuguhi bahasa 'ciyus', 'miapah' (ada yang menulis: 'miyapah' ataupun 'miapa'), dan 'enelan'. Si bintang iklan, Omesh, begitu 'gencar' memasyarakatkan bahasa kanak-kanak itu. Iklan itupun hampir selalu muncul di setiap jeda acara televisi. Kata-kata tersebut melengkapi kata-kata 'gaul' lainnya berupa singkatan seperti 'kamseupay' dan entah apa lagi. Fenomena apa ini? Rusakkah bahasa Indonesia jadinya?
Bahasa balita? Ya, anak-anak balita kan mengucapkan serius menjadi ciyus? Demi apa diucapkan menjadi miapah? Beneran diucapkan menjadi enelan? Aku juga diucapkan menjadi aku juja? Terima kasih menjadi makacih, sungguh menjadi cungguh, rahasia menjadi lahacia, dan lain-lainnya?
Manusia, sebagai makhluk sosial, tak terlepas dari bahasa sebagai alat komunikasi. Sesuai perkembangan zaman, bahasa juga pasti akan terus berkembang. Fenomena bahasa gaul atau bahasa balita untuk kasus di atas, adalah hal yang wajar dalam peradaban manusia.
Jadi, tak usah cemas, kata-kata tersebut lahir dan akan mati secara alamiah sesuai dengan perkembangan peradaban manusia.
Setiap kata, memiliki hak untuk hidup. Namun, sekali lagi, sesuai dengan peradaban manusia, setiap kata untuk dapat tetap hidup, bukanlah hal yang mudah. Suatu saat akan surut dan hilang dengan sendirinya jika pemakainya semakin berkurang. Ciyus loh!
Komentar
Posting Komentar