Bermain Peran dengan Improvisasi atau Naskah Drama yang Ditulis Siswa
Drama merupakan pertunjukan yang mengangkat gambaran kehidupan manusia. Drama merupakan miniatur kehidupan yang diangkat ke panggung. Bermain drama di atas panggung diawali dengan berbagai latihan, yaitu olah rasa, olah vokal, olah tubuh, musik, tari, dan seni lainnya yang mendukung. Pementasan drama dapat dimainkan berdasarkan teks atau tanpa teks dan cenderung spontanitas. Hal demikian itu disebut improvisasi.
Pada pementasan drama yang berdasarkan pada naskah dialog biasanya latar, pembabakan, dan karakterisasi tokoh sudah ditentukan dan harus dihapalkan, serta dilatih terus-menerus supaya harmonis dan padu. Pada permainan drama zaman dahulu, pementasan tidak berdasarkan pada naskah, namun pada inti dan akhir cerita. Dalam bermain drama tanpa pegangan naskah (improvisasi), sutradara hanya memberikan cerita pokok atau garis besar, alur cerita, dan memilih pemain.
Memerankan naskah drama dapat menjadi media ekspresi yang dapat melatih emosi. Dalam bermain peran, baik berdasarkan naskah, maupun tanpa naskah, pemain harus paham mengenai teknik akting. Hal-hal yang harus diperhatikan pemain di antaranya sebagai berikut:
a. Berperan sebagai tokoh dengan sungguh-sungguh.
b. Bisa bekerja sama dan kompak dalam permainan.
c. Tidak menyimpang dari jalan cerita.
d. Dialog dan pelafalan (intonasi dan artikulasi) jelas.
e. Anggota badan yang digerakkan mencerminkan karakter tokoh.
Dalam kegiatan mengekspresikan sebuah naskah drama ke dalam sebuah pertunjukan, ada hal-hal yang harus kita pelajari terlebih dahulu. Sebelum pentas, kita juga perlu latihan terlebih dahulu. Kegiatan latihan dalam pementasan drama merupakan wadah untuk mematangkan berbagai aspek pendukung pementasan. Jika kita diberi tugas sebagai seorang aktor dalam drama, manfaatkanlah waktu latihan untuk menghayati watak tokoh yang akan diperankan. Dengan demikian, kita akan dapat memerankan tokoh tersebut dengan baik.
Sebelumnya, untuk melatih penghayatan diperlukan latihan olah sukma. Untuk melatih gerak-gerik dan mimik, kita perlu melakukan latihan olah tubuh, sedangkan untuk melatih intonasi kita memerlukan latihan olah vokal.
Latihan-latihan tersebut sangat penting dilakukan agar saat pementasan berlangsung, tubuh aktor akan siap secara keseluruhan.
Dengan demikian, penonton tidak akan merasa jenuh.
Sebelum memerankan tokoh dalam sebuah drama, kita harus menghayati terlebih dahulu peran tersebut. Dengan demikian, kita akan bermain dengan sangat baik. Setelah kita memahami dan menghayati peran dalam drama, kita perlu melatih gerak-gerik (gestur), mimik (ekspresi wajah), dan intonasi dalam pelafalan dialog. Hal ini bertujuan agar penonton dapat menangkap pesan atau maksud yang hendak disampaikan oleh pemain.
1. Gerak-Gerik (Gestur)
Seorang pemain drama perlu mengontrol tubuhnya sendiri agar sesuai dengan peran yang akan diperankannya. Misalnya, saat kita berperan sebagai seorang guru yang berwibawa tentunya berbeda gestur saat kita berperan sebagai seorang kakek renta. Contoh lainnya adalah saat kita berperan sebagai seorang siswa yang baik dan pintar, tentunya berbeda dengan gestur siswa badung yang pemalas.
Untuk dapat menguasai gestur tokoh-tokoh tertentu dengan baik, kita perlu melakukan latihan olah tubuh. Di samping itu, kita pun perlu melakukan observasi atau pengamatan terhadap figur tokoh yang akan kita perankan. Misalnya, saat kita ditugasi
berperan sebagai seorang guru, kita dapat melakukan pengamatan terhadap guru kita.
2. Mimik atau Ekspresi
Latihan mengolah mimik pun merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Penonton dapat mengetahui suasana hati tokoh yang diperankan melalui mimik yang diperlihatkan oleh pemain. Contohnya, saat pemain berperan sebagai seseorang yang sedang bersedih, tidak
mungkin dia menunjukkan mimik atau ekspresi bahagia.
Agar mimik Anda dapat terlatih dengan baik, kita dapat melakukan kegiatan senam wajah setiap hari. Caranya, yaitu menggerak-gerakkan seluruh otot wajah kita hingga terasa pegal. Hal ini dapat membantu kita melenturkan otot-otot wajah kita sehingga mudah dibentuk untuk menampilkan ekspresi-ekspresi tertentu.
3. Intonasi
Intonasi dalam pelafalan dialog drama sangat diperlukan. Intonasi yang baik akan membuat penonton tidak jenuh dan permainan lebih hidup. Pengolahan intonasi dapat dilakukan dengan cara:
a. menaik-turunkan volume suara;
b. merendah-tinggikan frekuensi nada bicara;
c. mengatur tempo pengucapan;
d. mengatur dan menolah warna serta tekstur suara.
Saat mengekspresikan dialog drama, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, yakni:
1. Memahami dialog drama dengan saksama.
2. Berkonsentrasi pada karakter atau watak yang telah kita dapatkan.
3. Mengontrol emosi.
4. Konsisten pada karakter yang telah kita pelajari.
Dalam ilmu seni peran, kegiatan-kegiatan tersebut terangkum dalam latihan olah sukma. Latihan olah sukma ialah salah satu bentuk latihan dasar yang bertujuan untuk memasukkan karakter tokoh tertentu ke dalam diri pemain. Dengan demikian, saat sedang memerankan suatu tokoh, pemain atau aktor tersebut benar-benar telah melepaskan karakter asli dalam dirinya selama pementasan berlangsung.
Adapun tahapan-tahapan latihan olah sukma adalah:
1. Konsentrasi, yakni pemusatan pikiran dalam mempelajari sebuah karakter.
Seorang aktor harus dapat berkonsentrasi penuh seakan mengubah keseluruhan dirinya menjadi peran tersebut.
2. Imajinasi, yakni kemampuan mengembangkan daya khayal.
Hal ini sangat diperlukan dalam pendalaman sebuah peran untuk menghidupkan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Misalnya, membayangkan panggung sebagai sebuah taman yang dikelilingi pepohonan rindang. Latihan pengembangan imajinasi dapat dilakukan dengan cara:
a. Membayangkan benda yang tidak ada dan tidak dapat disentuh menjadi seolah-olah ada dan dapat disentuh.
b. Membayangkan sosok orang yang tidak ada menjadi seolah-olah ada dan dapat berinteraksi.
c. Membayangkan kejadian yang belum pernah ada dan dialami. Misalnya, membayangkan rasa sedih saat kehilangan seseorang yang kita sayangi.
3. Ingatan emosi, yakni meningkatkan kepekaan terhadap emosiemosi alamiah yang mungkin terjadi.
Caranya adalah dengan mengingat emosi-emosi dasar seperti tertawa, menangis, dan marah. Kemudian, mengombinasikan emosi, yakni tertawa, tiba-tiba marah, lalu menangis.
4. Relaksasi, yakni meringankan ketegangan pada tubuh akibat lelah saat latihan.
5. Observasi, yakni meninjau secara langsung karakter tokoh yang akan diperankan. Misalnya, mengamati kehidupan orang gila saat aktor akan bermain drama sebagai orang gila.
Pada pementasan drama yang berdasarkan pada naskah dialog biasanya latar, pembabakan, dan karakterisasi tokoh sudah ditentukan dan harus dihapalkan, serta dilatih terus-menerus supaya harmonis dan padu. Pada permainan drama zaman dahulu, pementasan tidak berdasarkan pada naskah, namun pada inti dan akhir cerita. Dalam bermain drama tanpa pegangan naskah (improvisasi), sutradara hanya memberikan cerita pokok atau garis besar, alur cerita, dan memilih pemain.
Memerankan naskah drama dapat menjadi media ekspresi yang dapat melatih emosi. Dalam bermain peran, baik berdasarkan naskah, maupun tanpa naskah, pemain harus paham mengenai teknik akting. Hal-hal yang harus diperhatikan pemain di antaranya sebagai berikut:
a. Berperan sebagai tokoh dengan sungguh-sungguh.
b. Bisa bekerja sama dan kompak dalam permainan.
c. Tidak menyimpang dari jalan cerita.
d. Dialog dan pelafalan (intonasi dan artikulasi) jelas.
e. Anggota badan yang digerakkan mencerminkan karakter tokoh.
Dalam kegiatan mengekspresikan sebuah naskah drama ke dalam sebuah pertunjukan, ada hal-hal yang harus kita pelajari terlebih dahulu. Sebelum pentas, kita juga perlu latihan terlebih dahulu. Kegiatan latihan dalam pementasan drama merupakan wadah untuk mematangkan berbagai aspek pendukung pementasan. Jika kita diberi tugas sebagai seorang aktor dalam drama, manfaatkanlah waktu latihan untuk menghayati watak tokoh yang akan diperankan. Dengan demikian, kita akan dapat memerankan tokoh tersebut dengan baik.
Sebelumnya, untuk melatih penghayatan diperlukan latihan olah sukma. Untuk melatih gerak-gerik dan mimik, kita perlu melakukan latihan olah tubuh, sedangkan untuk melatih intonasi kita memerlukan latihan olah vokal.
Latihan-latihan tersebut sangat penting dilakukan agar saat pementasan berlangsung, tubuh aktor akan siap secara keseluruhan.
Dengan demikian, penonton tidak akan merasa jenuh.
Sebelum memerankan tokoh dalam sebuah drama, kita harus menghayati terlebih dahulu peran tersebut. Dengan demikian, kita akan bermain dengan sangat baik. Setelah kita memahami dan menghayati peran dalam drama, kita perlu melatih gerak-gerik (gestur), mimik (ekspresi wajah), dan intonasi dalam pelafalan dialog. Hal ini bertujuan agar penonton dapat menangkap pesan atau maksud yang hendak disampaikan oleh pemain.
1. Gerak-Gerik (Gestur)
Seorang pemain drama perlu mengontrol tubuhnya sendiri agar sesuai dengan peran yang akan diperankannya. Misalnya, saat kita berperan sebagai seorang guru yang berwibawa tentunya berbeda gestur saat kita berperan sebagai seorang kakek renta. Contoh lainnya adalah saat kita berperan sebagai seorang siswa yang baik dan pintar, tentunya berbeda dengan gestur siswa badung yang pemalas.
Untuk dapat menguasai gestur tokoh-tokoh tertentu dengan baik, kita perlu melakukan latihan olah tubuh. Di samping itu, kita pun perlu melakukan observasi atau pengamatan terhadap figur tokoh yang akan kita perankan. Misalnya, saat kita ditugasi
berperan sebagai seorang guru, kita dapat melakukan pengamatan terhadap guru kita.
2. Mimik atau Ekspresi
Latihan mengolah mimik pun merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Penonton dapat mengetahui suasana hati tokoh yang diperankan melalui mimik yang diperlihatkan oleh pemain. Contohnya, saat pemain berperan sebagai seseorang yang sedang bersedih, tidak
mungkin dia menunjukkan mimik atau ekspresi bahagia.
Agar mimik Anda dapat terlatih dengan baik, kita dapat melakukan kegiatan senam wajah setiap hari. Caranya, yaitu menggerak-gerakkan seluruh otot wajah kita hingga terasa pegal. Hal ini dapat membantu kita melenturkan otot-otot wajah kita sehingga mudah dibentuk untuk menampilkan ekspresi-ekspresi tertentu.
3. Intonasi
Intonasi dalam pelafalan dialog drama sangat diperlukan. Intonasi yang baik akan membuat penonton tidak jenuh dan permainan lebih hidup. Pengolahan intonasi dapat dilakukan dengan cara:
a. menaik-turunkan volume suara;
b. merendah-tinggikan frekuensi nada bicara;
c. mengatur tempo pengucapan;
d. mengatur dan menolah warna serta tekstur suara.
Saat mengekspresikan dialog drama, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, yakni:
1. Memahami dialog drama dengan saksama.
2. Berkonsentrasi pada karakter atau watak yang telah kita dapatkan.
3. Mengontrol emosi.
4. Konsisten pada karakter yang telah kita pelajari.
Dalam ilmu seni peran, kegiatan-kegiatan tersebut terangkum dalam latihan olah sukma. Latihan olah sukma ialah salah satu bentuk latihan dasar yang bertujuan untuk memasukkan karakter tokoh tertentu ke dalam diri pemain. Dengan demikian, saat sedang memerankan suatu tokoh, pemain atau aktor tersebut benar-benar telah melepaskan karakter asli dalam dirinya selama pementasan berlangsung.
Adapun tahapan-tahapan latihan olah sukma adalah:
1. Konsentrasi, yakni pemusatan pikiran dalam mempelajari sebuah karakter.
Seorang aktor harus dapat berkonsentrasi penuh seakan mengubah keseluruhan dirinya menjadi peran tersebut.
2. Imajinasi, yakni kemampuan mengembangkan daya khayal.
Hal ini sangat diperlukan dalam pendalaman sebuah peran untuk menghidupkan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Misalnya, membayangkan panggung sebagai sebuah taman yang dikelilingi pepohonan rindang. Latihan pengembangan imajinasi dapat dilakukan dengan cara:
a. Membayangkan benda yang tidak ada dan tidak dapat disentuh menjadi seolah-olah ada dan dapat disentuh.
b. Membayangkan sosok orang yang tidak ada menjadi seolah-olah ada dan dapat berinteraksi.
c. Membayangkan kejadian yang belum pernah ada dan dialami. Misalnya, membayangkan rasa sedih saat kehilangan seseorang yang kita sayangi.
3. Ingatan emosi, yakni meningkatkan kepekaan terhadap emosiemosi alamiah yang mungkin terjadi.
Caranya adalah dengan mengingat emosi-emosi dasar seperti tertawa, menangis, dan marah. Kemudian, mengombinasikan emosi, yakni tertawa, tiba-tiba marah, lalu menangis.
4. Relaksasi, yakni meringankan ketegangan pada tubuh akibat lelah saat latihan.
5. Observasi, yakni meninjau secara langsung karakter tokoh yang akan diperankan. Misalnya, mengamati kehidupan orang gila saat aktor akan bermain drama sebagai orang gila.
Komentar
Posting Komentar