Ade Irma Suryani, Bocah TK yang Jadi Korban G 30 S/PKI

Keterangan foto: Ade Irma dan Piere Tendean

Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI). Selama setengah abad, perjalanannya sudah menjadi sejarah hitam di Indonesia.
Sejak peristiwa 30 September tahun 1965 lalu, sampai sekarang masih menyisakan luka di antara kita. Sosok anak kecil tanpa dosa, yang masih berusia lima tahun ikut menjadi korban tragedi memilukan sepanjang sejarah Indonesia. Seorang bocah TK yang tidak tahu apa-apa, meninggal sebagai tameng sang Ayah ketika gelap malam mengintai kediaman mereka.
Yah dialah Ade Irma Suryani Nasution, putri Jenderal A.H Nasution yang meninggal di peristiwa G30S PKI. Bocah kelahiran 19 Februari 1960 itu tertembak oleh gerombolan G30S PKI untuk melindungi ayahnya.

“Pak Nasution, beliau di Bandung, sudah tiga hari di Bandung. Kalian datang kesini cuma untuk membunuh anak saya!” Itu adalah kalimat epik yang dilontarkan Johana Sunarti, istri Jenderal Nasution saat rumahnya disatroni pasukan Tjakrabirawa. Dalam adegan itu, Sunarti dengan tegar menggendong putrinya, Ade Irma yang bersimbah darah terkena tembakan. Seorang diri, dia juga nekat menghadapi geromobolan Tjakrabirawa agar suaminya, Nasution berhasil menyelamatkan diri dengan melompat tembok yang berbatasan dengan Kedutaan Besar Irak.

Sunarti mengembuskan nafas terakhir di usia ke 87 di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD), Jakarta sekira pukul 00.05 WIB dini hari 21 Maret 2010. Almarhumah meninggal dunia karena penyakit kelenjar tiroid.
Sosok almarhumah dikenal sebagai tokoh sosial yang berperan banyak di kehidupan masyarakat. Ibu Nas mengasuh yayasan untuk membantu penyandang cacat dan berbagai aktivitas yang membantu kaum lemah yang membutuhkan bantuan.
Almarhumah meninggalkan dua orang anak Hendriyanti Sahara Nasution selain Ade Irma Nasution. Selain itu, Ibu Nas juga meninggalkan empat cucu dan lima cicitnya.
Di film, karakter Sunarti diperankan dengan apik oleh Arzia Dahar atau lebih populer dengan nama Ade Irawan. Ade Irawan yang kini berusia 80 tahun adalah artis peran kawakan Indonesia yang malang melintang di dunia perfilaman dan sinetron.

Sayangnya, nyawa Ade Irma Suryani Nasution malah tak tertolong. Ade meninggal tanggal 6 Oktober 1965 setelah sempat dirawat intensif di RSPAD Gatot Subroto.
Ade pun dimakamkan di Jalan Prapanca Raya, Komplek Kantor Walikota Jakarta Selatan. Pada nisan putih itu tertulis, “Anak saja jang tertjinta. Engkau telah mendahului gugur sebagai perisai ajahmu.”
Di film, tokoh Ade Irma diperankan oleh Henneke Adinda Tumbuan, akrab dipanggil Keke. Keke tak lain putri dari pasangan artis peran ternama Rima Melati dan Frans Tumbuan. Kini, Keke lebih aktif sebagai sineas di balik layar.

Hendrianti Sahara Nasution, anak sulung Nasution yang ketika peristiwa itu terjadi berusia 13 tahun, menceritakan peristiwa seperti dikutip dari sebelasipadualabsky.blogspot.co.id:
Menjelang hari ABRI 5 Oktober 1965, saat itu suasana sudah tidak enak Saya telah berumur 13 tahun dan sudah duduk di kelas 2 SMP di Yayasan Perguruan Cikini. Hari itu saya mau meihat latihan militer. Ade Irma yang saat itu sedang tidur di pangkuan ibu saya, terbangun karena mau ikut melihat juga. Karena ade irma masih terlalu kecil, saya melarangnya. Ade irma pun menangis karna tidak diperbolehkan ikut. Akhirnya ade irma menuruti nasihat saya. Setelah pulang dari melihat latihan militer, ternyata ade irma sudah tertidur kembali.

Jam 12 malam, datang intelegent kolonel Magenda. Beliau melaporkan situasi yang sudah tidak kondusif. Ayah pun menyuruh kami sekeluarga sholat. Setengah 4 pagi saya denger tembakan, suara itu seperti AC yang meledak. Saya yang tidur sekamar dengan pengasuh ade irma, tiba2 pengasuh menyuruh saya menaiki dan melompat ke jendela lalu lari. Pada saat itu perasaan saya bingung dan takut sekali. Saya tidak tau harus lari kemana. Lalu saya hanya melihat tinggal 1 tentara yang tersisa, dari sekian banyak tentara yang ada di rumah saya. Lalu saya masuk ke ruang ajudan yang bernama Lettu Czi Pierre Tendean. Saya membangunkannya dan berkata "Om pier,ada apa ini? AC ayah meledak ya?"

Waktu itu, ibu saya sudah punya perasaan bahwa ayah saya akan dibunuh. Malam itu,ade tidur ditengah-tengan antara ayah dan ibu. Subuh-subuh,ayah dan ibu terbangun karena ingin membunuh nyamuk. Lalu ibu mendengar suara pintu digedor-gedor. Ibu saya pun mengecek keluar kamar. Ternyata benar dugaannya, bahwa rumah kami sudah di kepung. Ibu masuk kamar lalu berkata kepada ayah saya "mereka datang". ayah pun ingin menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa melibatkan siapapun, tetapi ibu melarangnya.

Tidak lama kemudian pintu kamar tidur mereka pun ditembak. Ibu yang sedang berada di posisi tepat dibelakang pintu tidak tertembak untungnya. Beberapa kali tembakan diluncurkan ke pintu kamar. Dan atas lindungan Allah,tidak ada satu pelurupun yang terkena salah satu dari kami. Karena bunyi tembakan tsb, Ade Irma pun terbangn dan langsung berdiri turun dari tempat tidur. Beberapa saat kemudian tante saya bersama ibu dr bpk Nasution (oma saya) masuk ke kamar lewat pintu belakang. Oma saya menyuruh ayah kabur, tetapi ayah sempat tidak mau meninggalkan kami. Oma pun bilang bahwa yang mereka cari hanya ayah, bukan yang lain. Akhirnya ayah kabur dengan melompati tembok,ternyata ayah jatuh ke kedutaan Irak. Sangat beruntung sekali. Karena kecil kemungkinan mereka akan mengira bpk Nasution akan melompat kesana. Di waktu yang sama, karena bingung dan panik, tante menggendong ade dan membawa ade keluar melewati pintu depan. Dengan jarak yang dekat, ade pun tertembak. Lalu ade digendong oleh oma saya. Oma saya pun dengan sangat berani keluar dan menantang para pasukan sambil menggendong ade, oma saya berkata "Kamu datang kesini hanya untuk membunuh anak saya?!" lalu mereka menjawab “mana nasution?” oma pun marah dan berkata “BAPAK NASUTION!!!” lalu salah satu dari mereka bertanya “dimana dia?” oma “dia tidak ada,dia sedang ke bandung dari 2 hari yang lalu”. lalu pluit tanda penyerang berakhir pun dibunyikan. Ternyata ada laporan kalau bpk Nasution sudah tertangkap,dan waktu penyerangan pun sudah terlau lama.

Setelah dibawa ke lubang buaya, ternyata mereka salah tagkap. Ternyata mereka menangkap ajudan Lettu Czi Pierre Tendean. Mereka sangat bingung,panik,dan cemas. Karena bapak Nasution adalah orang yang sangat penting yang harus mereka tangkap (Baca: Inilah Wajah Tampan Korban Keganasan G30S/PKI).

Kemudian Ade Irma segera dibawa kerumah sakit. Nama rumah sakitnya adalah RS Gatot Subroto. Saat itu saya sedang ngumpet ketakutan. Saya pun diajak ke rumah sakit untuk melihat ade. Ade Irma sangat hebat, karena 3 peluru ada dibadannya, tetapi dia tidak pingsan sama sekali. Malahan dia masih bisa berbicara. Ade berkata “kakak kenapa menangis?”. Enam hari ade dirawat, dia pun meninggal dunia.
Selama pergolakan tahun 65-67 saya tidak diperbolehkan sekolah. Akhirnya saya dipanggilkan guru kerumah,dan bersekolah dirumah. Harusnya saya bersekolah 3 tahun, tetapi saya hanya dua tahun. Saya pun masuk SMA umur 15 tahun.

Di film, sosok Hendrianti Sahara Nasution, kakak Ade, diperankan oleh Sylvana Herman.

Kalimat Terakhir Ade

Bocah kecil itu terkulai lemah dengan tubuh berdarah-darah. Ia tak berdaya tanpa tahu apa yang terjadi sebenarnya. Tembakan itu telah merobek punggungnya hingga peluru menembus limpa. Setelah enam hari dirawat, bocah kecil nan lucu itu pun menghembuskan nafas terakhir.
"Papa...apa salah adek?" demikianlah kalimat yang tertulis di lukisan Ade Irma Suryani dengan latar belakang Jenderal Besar Abdul Haris Nasution di Museum Jendral AH Nasution di Jl Teuku Umar 40 Menteng. Ade Irma Suryani tak pernah memeroleh jawaban atas pertanyaan tersebut.

Nama Ade Irma Suryani Nasution memang tak bisa dipisahkan dalam peristiwa paling kelam sejarah Indonesia. Ade Irma yang saat itu baru berusia 5 tahun, meninggal akibat tertembak peluru pasukan tjakrabirawa yang merangsek masuk ke dalam rumahnya untuk menangkap sang ayah. Dalam peristiwa yang terjadi pada 1 Oktober 1965 sekitar pukul 03.45 tersebut, ajudan AH Nasution, Lettu Pierre Tendean juga ikut menjadi korban. Ia diculik lalu dibunuh di Lubang Buaya.

Jenderal Besar Dr AH Nasution saat menaburkan bunga di pusara Ade Irma Suryani (IST / Facebook / Museum of Jenderal Besar Dr. AH. Nasution)

AH Nasution yang selamat dalam peristiwa itu melukiskan perasaannya lewat sebaris kalimat yang tertulis di nisan Ade Irma.
"Anak Saja jang tertjinta. Engkau telah mendahului gugur sebagai perisai Ajahmu."

Apa yang sebenarnya terjadi saat itu?

Yanti Nurdin Nasution atau Hendrianti Sahara Nasution, anak pertama AH Nasution, menjelaskan detik-detik mencekam tersebut sebagaimana dilansir laman Facebook Museum of Jenderal Besar Dr. AH. Nasution. Berikut petikan kesaksiannya :
Saat itu umur saya 13 tahun, saya tidur di kamar seberang kamar ibu dan bapak Nasution, saat terjadi ribut-ribut disertai tembakan saya terbangun kemudian saya berusaha menyelamatkan diri dengan melompat jendela samping yang tingginya 2 meter, sampai tulang kaki saya patah yang saya rasakan sakitnya sampai sekarang, paha kaki saya yang kanan penuh dengan pen penyambung tulang.

Dengan menahan rasa sakit saya cari ajudan dan saya beritahu tentang tembakan di kamar bapak saya, terus saya sembunyi di kamar para ajudan.

Tak berapa lama terjadi ribut-ribut di ruang jaga dan ajudan pak Nas Lettu Czi Pierre Tendean diculik.

Sampai pagi saya bersembunyi. Setelah hari menjelang pagi ibu saya mencari saya sambil menggendong adik saya Ade Irma Suryani yg terluka terkena tembakan oleh pasukan Cakrabirawa.

Saat itu ayah saya sudah melompat pagar Kedubes Irak bersembunyi di belakang tong untuk menyelamatkan diri dari penculikan dan pembunuhan.

Ibu saya membawa adik saya ke RSPAD untuk dioperasi untuk mengambil peluru yang bersarang di limpanya. Beberapa kali adik saya dioperasi. Saat menunggu operasi, saya terus menangis, adik saya bilang "kakak jangan menangis, adik sehat".

Terus adik saya tanya ke ibu saya "kenapa ayah mau dibunuh mama"?

Adik saya dirawat beberapa hari di RSPAD, tanggal 6 oktober adik saya dipanggil Allah swt.

Dalam hati saya bertanya : Kenapa PKI mau membunuh ayah saya. Apa salah ayah saya?

Puji syukur alhamdulillah ayah saya dapat menyelamatkan diri atas anjuran ibu saya, namun ajudan dan adik saya menjadi korban.

Baca: Inilah Hasil Otopsi 7 Perwira TNI Korban Peristiwa Berdarah G30S/PKI

Adapun dalam peristiwa Pemberontakan G30S/PKI tersebut, enam pejabat tinggi dibunuh, meliputi :

1. Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
2. Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
4. Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
5. Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)

Sementara Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada 3 Oktober.

Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban meliputi :
1. Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
2. Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
3. Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)

Bagi Anda yang ingin melihat dari dekat koleksi peninggalan Ade Irma Suryani Nasution, datang saja ke Monumen Pancasila Sakti di Jalan Raya Pondok Gede, Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, atau di Museum Sasmita Loka Jenderal Besar Abdul Haris Nasution di Jalan Teuku Umar No. 40 Menteng, Jakarta Pusat.

Akan kuingat selalu, Ade Irma Suryani
waktu dipeluk dipangku ibu
dengan segala kasih
kini ia terbaring di pangkuan Tuhan
senang dan bahagia hatinya
kini ia terlena tertidur terbaring
nyenyak di pelukan Tuhannya

Sumber: jakartakita.com, sebelasipadualabsky.blogspot.co.id
Url: http://jakartakita.com/2015/10/01/ade-irma-suryani-bocah-tk-yang-jadi-korban-g-30-spki/
sebelasipadualabsky.blogspot.co.id/2011/06/saya-dan-saksi-sejarah-g30spki.html
jogja.tribunnews.com/2017/09/22/pemberontakan-g30spki-inilah-kalimat-terakhir-ade-irma-suryani-yang-sungguh-mengiris-hati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Teks Puisi (Musikalisasi Puisi) - Kelas VIII

Kompetensi Dasar (KD) B.Indonesia Kelas 8 (Kurikulum 2013 - Revisi Sesuai Permen No.24 Tahun 2016)

Mana yang Betul: memperoleh atau memeroleh?