Ini Kata Jajang C. Noer, Istri Sutradara Film "Penumpasan Pengkhianatan G30 S/PKI"

Jajang C. Noer, istri Sutradara film G30 S/PKI, Arifin C. Noer, membantah jika pembuatan film tersebut diawasi atau dikontrol oleh rezim Orde Baru. "Tapi tak benar kami diawasi," ujar Jajang dalam diskusi di ILC, TV One, Selasa (19/9) malam.

Jawaban Jajang sekaligus menjawab beragam spekulasi yang beredar jika film itu diawasi dengan ketat. Jajang mengakui film itu memang pesanan dari pemerintah. Selain Arifin ada satu lagi calon sutradara yakni, Teguh Karya.

"Memang pesanan dari pemerintah yang sebelumnya telah bertanya ke mas Gunawawn (GM), GM bilang sutradaya ada Teguh Karya dan Jajang C Noer. Lalu pak Dipa pilih Jajang," ujarnya.

Suaminya, kata Jajang, membuat film itu dengan kecintaannya terhadap negeri ini. Hanya saja, ia tak menyangka jika film tersebut jadi propaganda yang wajib ditonton paksa. "Mas Arifin tak mungkin mengerjakan sesuatu yang tak ia yakini," ujarnya seperti dilansir republika.

Penulis buku 'Film, Ideologi, dan Militer: Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia', Budi Irawanto dalam sebuah diskusi beberapa tahun lalu menjelaskan, meski film G 30 S/PKI adalah film proyek pemerintah, namun dalam penggarapannya begitu serius. Bahkan dari para pemeran yang bermain dalam film itu terdapat tokoh intelektual yang ikut serta di dalamnya.

Sebut saja Umar Kayam yang memerankan tokoh Soekarno dan Syu'bah Asa yang berperan sebagai Dipa Nusantara Aidit, Ketua Komite Sentral Partai Komunis Indonesia.

Keseriusan juga bisa dilihat bagaimana riset yang terkait dengan musik, latar, pakaian dalam film dilakukan dengan riset yang serius agar film itu seolah-olah nyata. Bahkan, saking seriusnya penggarapannya, Presiden Soeharto sempat marah dalam proses pembuatan film tersebut.

Kisah itu diceritakan Jajang C Noer kepada Budi Irawanto tahun lalu di Jakarta. Menurut Budi, saat penggarapan film, Jajang C Noer ikut serta untuk riset kostum yang akan digunakan pemeran Soeharto dalam film itu. Maka mau tidak mau, Jajang harus bertanya langsung kepada Soeharto.

Keinginan untuk sempurna itu membuat Jajang harus bertanya detail kepada Soeharto. Mulai dari warna semua pakaian dinas hingga jenis kain yang digunakan saat bertugas. Bahkan, aksesori lainnya juga ditanyakan sebagai masukan dalam film. Namun, hal itu membuat Soeharto marah.

"Kenapa harus menanyakan hal-hal yang detail dan tidak perlu," ujar Budi menirukan ungkapan marah Soeharto kepada Jajang.

Padahal hal-hal yang dianggap yang tidak perlu itu semuanya bermula. Hal ikhwal yang tidak terkait langsung dengan peristiwa sebenarnya, mulai dari baju, lencana, latar musik, dan perlengkapan lainnya, membuat film itu begitu meyakinkan sebagai film paling mencekam dalam sejarah Indonesia.

Budi berharap, pemerintah mestinya mendukung pembuatan film tandingan. Membalas film dengan film, bukan sebagai bentuk balas dendam. Namun film yang mengambil sudut pandang korban yang dibantai yang dituduh Partai Komunis Indonesia.

Sumber: riau24.com/berita/baca/78410-ternyata-soeharto-pernah-marah-saat-pembuatan-film-g-30-spki/
Foto: kompas.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Soal Teks Puisi (Musikalisasi Puisi) - Kelas VIII

Kompetensi Dasar (KD) B.Indonesia Kelas 8 (Kurikulum 2013 - Revisi Sesuai Permen No.24 Tahun 2016)

Mana yang Betul: memperoleh atau memeroleh?