Kesiapan Guru dan Isi Buku Kurikulum 2013 Dikeluhkan
Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Ferdiansyah mengungkapkan isi dan distribusi buku pelajaran kurikulum 2013 (K13) kerap dikeluhkan oleh para guru. Kesiapan guru dalam menerapkan kurikulum 2013 ini juga dinilai belum maksimal.
"Isi buku K13 itu ternyata masih perlu banyak dikoreksi," kata Ferdiansyah kepada Republika, Senin (16/10).
Tidak hanya menyangkut kearifan lokal, melainkan juga kesesuaian isi buku tersebut dengan para siswa di daerah terpencil dan wilayah perbatasan. Ketika buku ajar mencontohkan sesuatu, Ferdi menjelaskan, hendaknya harus bisa berlaku se-Indonesia. Misalnya, buku pelajaran itu menyebutkan seorang anak naik kereta api dari Jakarta ke Solo, sementara di Papua tidak ada kereta api. Bicara naik pesawat terbang, sementara di wilayah perbatasan gurunya pun belum pernah naik pesawat terbang.
Wakil Ketua Komisi X ini menegaskan, kurikulum adalah suatu alat atau perangkat untuk memberikan bekal kepada peserta didik. Jika guru belum tahu, murid juga tidak akan bisa paham. Karena itu, ia menyarankan pemerintah harus memberikan pelatihan kepada guru-guru, di samping membenahi isi buku pelajaran kurikulum 2013.
"Jadi yang kami tekankan dari Komisi X adalah persiapan dan kesiapan dari penerapan kurikulum. Pemerintah jangan memaksakan diri memberlakukan K 13, karena guru belum dilatih secara matang untuk penerapan kurikulum K13," kata Ferdiansyah.
Ferdi meminta pemerintah tidak memaksakan diri menerapkan kurikulum K13. Ferdi mengungkap, buku pelajaran K13 sering terlambat, terutama buku pegangan siswa. Jangankan di wilayah perbatasan, kata Ferdi, di Jawa Barat dan pulau Jawa pun buku-buku sering terlambat. Bahkan, masih ada guru yang belum menerima buku pegangan pada saat tahun ajaran dimulai.
Ferdi mengatakan keterlambatan pengiriman ini sangat mengganggu proses belajar mengajar. Sarana prasarana untuk mendukung pelaksanaan kurikulum ini juga dinilai belum memadai. "Di pulau Jawa pun masih banyak pengiriman buku yang sangat terlambat. Itu baru aspek pengiriman belum guru dan isi bukunya," ujar politisi Golkar ini.
Sebelumnya, guru sebuah Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Titis Kartikawati mengungkapkan banyak guru yang mengajar di sekolah-sekolah di Kabupaten Sanggau belum mengetahui penerapan kurikulum 2013 (K-13). Menurut Titis, para guru membutuhkan contoh dan model untuk menerapkan kurikulum ini.
Titis mengaku pemerintah sudah bagus telah membuatkan buku teks untuk guru. Hanya saja, kata Titis, guru membutuhkan buku teks yang sesuai dengan kearifan lokal masing-masing. Ini karena buku tersebut hanya terpusat di Jawa, Jakarta.Sementara, anak-anak di Sanggau yang setiap hari berangkat ke sekolah menggunakan sampan mungkin sangat asing dengan Jakarta.
Sumber: republika.co.id
"Isi buku K13 itu ternyata masih perlu banyak dikoreksi," kata Ferdiansyah kepada Republika, Senin (16/10).
Tidak hanya menyangkut kearifan lokal, melainkan juga kesesuaian isi buku tersebut dengan para siswa di daerah terpencil dan wilayah perbatasan. Ketika buku ajar mencontohkan sesuatu, Ferdi menjelaskan, hendaknya harus bisa berlaku se-Indonesia. Misalnya, buku pelajaran itu menyebutkan seorang anak naik kereta api dari Jakarta ke Solo, sementara di Papua tidak ada kereta api. Bicara naik pesawat terbang, sementara di wilayah perbatasan gurunya pun belum pernah naik pesawat terbang.
Wakil Ketua Komisi X ini menegaskan, kurikulum adalah suatu alat atau perangkat untuk memberikan bekal kepada peserta didik. Jika guru belum tahu, murid juga tidak akan bisa paham. Karena itu, ia menyarankan pemerintah harus memberikan pelatihan kepada guru-guru, di samping membenahi isi buku pelajaran kurikulum 2013.
"Jadi yang kami tekankan dari Komisi X adalah persiapan dan kesiapan dari penerapan kurikulum. Pemerintah jangan memaksakan diri memberlakukan K 13, karena guru belum dilatih secara matang untuk penerapan kurikulum K13," kata Ferdiansyah.
Ferdi meminta pemerintah tidak memaksakan diri menerapkan kurikulum K13. Ferdi mengungkap, buku pelajaran K13 sering terlambat, terutama buku pegangan siswa. Jangankan di wilayah perbatasan, kata Ferdi, di Jawa Barat dan pulau Jawa pun buku-buku sering terlambat. Bahkan, masih ada guru yang belum menerima buku pegangan pada saat tahun ajaran dimulai.
Ferdi mengatakan keterlambatan pengiriman ini sangat mengganggu proses belajar mengajar. Sarana prasarana untuk mendukung pelaksanaan kurikulum ini juga dinilai belum memadai. "Di pulau Jawa pun masih banyak pengiriman buku yang sangat terlambat. Itu baru aspek pengiriman belum guru dan isi bukunya," ujar politisi Golkar ini.
Sebelumnya, guru sebuah Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Titis Kartikawati mengungkapkan banyak guru yang mengajar di sekolah-sekolah di Kabupaten Sanggau belum mengetahui penerapan kurikulum 2013 (K-13). Menurut Titis, para guru membutuhkan contoh dan model untuk menerapkan kurikulum ini.
Titis mengaku pemerintah sudah bagus telah membuatkan buku teks untuk guru. Hanya saja, kata Titis, guru membutuhkan buku teks yang sesuai dengan kearifan lokal masing-masing. Ini karena buku tersebut hanya terpusat di Jawa, Jakarta.Sementara, anak-anak di Sanggau yang setiap hari berangkat ke sekolah menggunakan sampan mungkin sangat asing dengan Jakarta.
Sumber: republika.co.id
Komentar
Posting Komentar