Mengubah Teknik Penceritaan Menjadi Sudut Pandang Orang Ketiga
Teknik penceritaan dalam sebuah cerpen menggunakan sudut pandang orang pertama dan orang ketiga. Dalam sudut pandang orang pertama, pengarang menenmpatkan dirinya sebagai tokoh dalam cerita sehinggan menggunakan kata "aku" atau "saya" dalam bercerita. Jika menggunakan sudut pandang orang ketiga, pengarang menempatkan dirinya sebagai orang yang berada di luar cerita sehingga menggunakan kata "dia" atau nama tokoh.
Berikut contoh kutipan cerpen yang menggunakan sudut pandang orang pertama.
Jika kutipan cerpen tersebut diubah menjadi sudut pandang orang ketiga, maka akan menjadi seperti berikut (Kata "saya" kita ubah sebagai "Yadi").
Berikut contoh kutipan cerpen yang menggunakan sudut pandang orang pertama.
Bagi anak-anak, sawah adalah tempat yang paling banyak memberi kenangan. Kami mandi sore di pancuran sawah. Setiap sore, kecuali hari Jumat, anak-anak belajar mengaji di masjid. Kakek awalnya mengajar, tetapi akhirnya diteruskan oleh Kang Hasim. Saya menjadi anak emas apabila Kang Hasim mengajar. Selain Kang Hasim, saya belajar mengaji dari kakek dulunya. Bagi saya mengaji bukan hal baru. Sebelum sekolah, setiap malam Kakek mengajar saya. Maka pelajaran yang diberikan Kang Hasim kepada anak-anak lain sering merupakan hal yang sudah saya hapal betul.
Pulang dari mengontrol sawah, sering saya diajak Kakek jalan-jalan ke pasar yang buka seminggu sekali. Kakek membeli berbagai keperluan sehari-hari dan saya selalu punya jajanan enak. Kalau tidak kue serabi, saya memilih kue pukis. Oleh para pedagang itu saya dikasih sebungkus besar kue sebelum saya memilih.
Jika kutipan cerpen tersebut diubah menjadi sudut pandang orang ketiga, maka akan menjadi seperti berikut (Kata "saya" kita ubah sebagai "Yadi").
Bagi anak-anak, sawah adalah tempat yang paling banyak memberi kenangan. Yadi dan teman-temannya mandi sore di pancuran sawah. Setiap sore, kecuali hari Jumat, mereka belajar mengaji di masjid. Kakek Yadi awalnya mengajar, tetapi akhirnya diteruskan oleh Kang Hasim. Yadi menjadi anak emas apabila Kang Hasim mengajar. Selain Kang Hasim, Yadi belajar mengaji dari kakeknya dulunya. Bagi Yadi, mengaji bukan hal baru. Sebelum sekolah, setiap malam kakeknya mengajar Yadi. Maka pelajaran yang diberikan Kang Hasim kepada anak-anak lain sering merupakan hal yang sudah Yadi hapal betul.
Pulang dari mengontrol sawah, sering Yadi diajak kakeknya jalan-jalan ke pasar yang buka seminggu sekali. Kakek Yadi membeli berbagai keperluan sehari-hari dan Yadi selalu punya jajanan enak. Kalau tidak kue serabi, Yadi memilih kue pukis. Oleh para pedagang itu, Yadi dikasih sebungkus besar kue sebelum Yadi memilih.
Komentar
Posting Komentar